Musim ini mungkin bisa dibilang musim yang penuh kontroversi bagi TNC Predator. Busur panah TNC Predator terus mengalami tren kenaikan, bahkan mereka tidak perlu pergi ke The International 2019 melalui kualifikasi Asia Tenggara, melainkan mendapatkan direct invite menuju TI9.
Melihat lebih dekat pada hasil tahun ini tidak menceritakan kisah tentang TNC yang selalu ada di atas. Tentu, mereka mengambil posisi ke-2 di belakang rival wilayah mereka, Fnatic dan Mineski untuk bisa lolos ke Kuala Lumpur dan Chongqing, dan ya, mereka mengungguli Fnatic di Kuala Lumpur untuk tempat tempat ke-5-6.
Dalam bulan-bulan antara kualifikasi langsung ke Chongqing Major dan kehadiran TNC, membuat Kuku dan TNC menjadi bulan-bulanan seluruh komunitas Dota 2 dalam wacana dan konflik.
Kontroversi dimulai ketika Kuku melakukan tindakan rasis saat pub match ke salah satu pemain Tiongkok.Tidak berhenti sampai disitu saja, manajemen TNC Predator ikut memperparah keadaan dengan menutupi kasus ini dalam sebuah unggahan di Facebook-nya.
Sebulan kemudian Valve akan mengumumkan bahwa karena runyamnya situasi yang dibuat oleh manajemen TNC, Kuku dilarang dari berpartisipasi oleh Valve sendiri.
TNC Predator harus menempati peringkat 9-12 di Chongqing Major dan setelah major ini, penurunan performa TNC Predator mulai terjadi.
Babak grup yang buruk mengakibatkan tim tersingkir dari pertarungan untuk DreamLeague Major oleh WG Unity, mereka pun diundang untuk menghadiri kualifikasi StarLadder ImbaTV Dota 2 Minor, namun harus kalah dalam fase kualifikasi terbuka.
Faktor tidak lolosnya ke-2 turnamen tersebut membuat kapten tim mereka, yaitu ninjaboogie meninggalkan tim dan bergabung ke rival mereka, Mineski.
BACA JUGA: 5 Perusahaan Game Asal Indonesia yang Sukses dan Mendunia!
Di luar DPC, ada titik terang selama periode yang menjemukan ini bagi tim. Pada awal Maret, TNC kembali ke Chongqing untuk WESG (meskipun sekali lagi, tanpa Kuku), dan mengalahkan Keen Gaming di kandang sendiri untuk menjuarai WESG 2018.
Mereka juga tampil di dua turnamen ESL, yaitu ESL Mumbai dan ESL Birmingham. Turnamen non-DPC inilah yang terbukti sangat penting untuk mengayunkan momentum pasukan kembali.
TNC membawa nama besar, yaitu Heen (pelatih Team Liquid saat menjuarai The International 2017) untuk menjadi pelatih mereka.
Skuad TNC yang direvitalisasi akhirnya menghancurkan kekeringan kehadiran DPC mereka dengan lolos langsung ke Epicenter Moscow Major bersama Fnatic melalui kualifikasi SEA. Dan terbukti, TNC Predator berhasil menempati peringkat 4 di gelaran penutup musim DPC 2018-2019 tersebut. Dengan hasil itu juga, TNC Predator berhak atas direct invite menuju TI9.
Berikut roster TNC Predator untuk The International 2019:
- Kim “Gabbi” Villafuerte
- Armel Paul “Armel” Tabios
- Carlo “Kuku” Palad
- Timothy John “Tims” Randrup
- Nico “eyyou” Barcelon
Tinggi dan rendah. Kontroversi dan konsekuensi. Kemunduran dan pengambilan. Musim DPC 2018-2019 TNC telah mereka alami semua.
Kuku dan pasukannya akan masuk ke TI9 sebagai penjahat lokal, tetapi mereka melakukannya dengan keuletan dan kerja keras.
Mampukah TNC Predator membungkam haters di Tiongkok dan mengalahkan tim-tim asal Tiongkok dan tim besar lainnya?
Discussion about this post