Satu demi satu tim tumbang pasca sikap diam Valve selama COVID-19 berlangsung. Tidak hanya tim-tim Amerika Utara saja, namun Asia Tenggara hingga Amerika Latin perlahan kian tertinggal seiring bubarnya tim esports. Masih ingat dengan CR4ZY? Tim esports tersebut bubar, salah satu alasannya karena sikap diam Valve.
Bagaimana tidak, Valve hanya bergeming tanpa memberikan penjelasan terkait DPC 2019/20 dan bahkan, meninggalkan tim-tim untuk berjuang sendiri selama pandemi COVID-19. Usut punya usut, para pemain dan talent merasa tidak senang dengan sikap Gaben dan kawan-kawan, wadidaw!
Geek Fam, Reality Rift, paiN Gaming, FURIA, CR4ZY, dan masih banyak lagi tim-tim yang bubar karena minimnya respon Valve. Pertandingan turnamen online hanya dikelola oleh penyelenggara pihak ketiga seperti ESL, BTS, PIT, PGL, dan lain sebagainya.
Dengan menurunnya kompetisi dari para tim serta sponsor yang kian sepi, kini Valve dirundung masalah baru.
Kemana perginya hadiah The International 10 yang hampir menyentuh angka 40 juta USD?
Salah satu pemain yang sangat vokal terhadap sikap Valve adalah mantan pemain OG dan Tigers yaitu David “MoonMeander” Tan. Pemain tersebut murka karena timnya, CR4ZY harus bubar akibat minimnya kontribusi Valve.
Pemain tersebut bahkan terang-terangan mengatakan bahwa sebanyak 120 juta USD masuk ke dompet Valve karena ketentuan untuk hadiah The International 10 yang menyentuh angka 40 juta USD merupakan ‘sisa’ dari total Battle Pass yang didapatkan.
Sang pemain juga mengutarakan bahwa Valve hanya bisa bertahan pada DPC 2020/21 tanpa solusi hingga waktu mendatang. Putusnya sistem turnamen karena wabah COVID-19 membuat beberapa tim harus berpikir ekstra guna bertahan.
MoonMeander juga meminta para pemain serta talent untuk bekerja keras agar dapat didengar oleh Valve, agar nantinya Dota 2 tidak mengalami hal serupa dengan Heroes of Newerth.
Caster kawakan, Austin “Capitalist” Walsh membalas cuitan MoonMeander dengan mengatakan diamnya Valve karena pandemi DPC tidak seharusnya terjadi. Bahkan, dengan pandemi ini seharusnya menjadi peluang untuk Valve bekerja lebih kreatif dalam menyikapi hal ini.
Valve dan COVID-19 memang dua hal yang tidak bisa dipisahkan bila mengacu pada DPC 2019/20, apalagi sikap diam yang diambil sangat tidak etis mengingat semua tim sedang kesusahan.
Tidak sampai di situ, kini giliran pemain Jerman yaitu Maurice “KheZu” Gutmann yang mengatakan bahwa sikap Valve akan membaca bencana. Faktanya, hanya ada satu tim dengan sponsor yang bermain di regional Amerika Utara yaitu Evil Geniuses.
BACA JUGA: Kesulitan Finansial, CR4ZY Bubarkan Seluruh Divisi Esportsnya!
Dengan minimnya turnamen LAN, event unik, atau langkah Valve maka bisa saja gelaran The International 10 menjadi ajang cibiran bagi komunitas untuk pengembang gim Dota 2 tersebut.
Respon komunitas, pemain, dan talent sendiri merupakan wajah paling objektif mengingat Valve tidak memberikan hal lain selain Arcana, Persona, dan isu hero baru yaitu Puppet Master.
Lantas, banyak tim yang menyuarakan kehadiran inovasi dari Valve di tengah wabah COVID-19 yang belum kunjung usai.
Berkaca dengan sang pesaing, Riot Games dengan League of Legends justru mengambil langkah yang cukup berani yaitu menyelenggarakan Worlds 2020 di Shanghai, Tiongkok. Meski mengantongi izin, namun penyelenggaraan ini merupakan turnamen LAN pertama di tengah pandemi dari jajaran gim esports.
Cara Riot Games dalam menyikapi pandemi COVID-19 sendiri sama dengan penyelenggara liga sepakbola, yaitu meniadakan penonton serta melakukan tracing ketat kepada para pihak yang bersangkutan.
Valve diam-diam aja, ga malu sama Riot Games? Hehehe~
Discussion about this post