Beberapa hari yang lalu, Fifflaren sempat membuat dunia Counter-Strike gempar dengan membeberkan secara langsung kebobrokan manajemen Ninjas in Pyjamas selama Ia masih aktif bermain. Kebobrokan tersebut menyangkut masalah pembagian hadiah uang, gaji, perilaku manajemen yang ingin menyingkirkan dirinya, hingga masalah pajak.
Pernyataan Fifflaren ini juga diperkuat dengan dukungan dari mantan rekan setimnya Xizt dan Friberg yang juga pernah menjadi bagian dari Ninjas in Pyjamas. Xizt dan Friberg juga mengalami nasib yang serupa dengan Fifflaren di mana mereka memperoleh gaji yang sangat rendah, tidak menerima hadiah uang dari turnamen, hingga kesulitan membayar pajak.
Keberanian Fifflaren mengungkapkan kebobrokan manajemen Ninjas in Pyjamas ini seolah-olah menjadi “tanda” bagi pihak-pihak lainnya yang memiliki masalah dengan Ninjas in Pyjamas untuk ikut bersuara menyerukan kebobrokan manajemen Ninjas in Pyjamas.
Sampai hari ini, setidaknya ada tiga pihak yang ikut menyerukan kebobrokan manajemen dan dosa-dosa apa saja yang dilakukan oleh Ninjas in Pyjamas.
Pihak pertama yang bersuara adalah mantan Community Manager Benji Janssens. Benji masuk sebagai Community Manager mulai Mei 2016 silam. Meskipun Ia menemukan bahwa posisi pekerjaannya adalah pekerja sukarela, Benji tetap bekerja sepenuh hati berinteraksi dengan penggemar Ninjas in Pyjamas.
Ia sempat ditawari pekerjaan saat event ESL One Cologne 2017 untuk mengatur akun media sosial dan mengcover event. Namun Benji menemukan bahwa pekerjaan tersebut juga pekerjaan sukarela dan Ia harus merogoh koceknya sendiri untuk membiayai biaya perjalanan dan penginapan selama berada di Cologne, Jerman.
Disamping itu, pihak manajemen sama sekali tidak kredit apapun terhadap kinerja Benji selama menjabat sebagai Community Manager. Setelah melakukan komplain, Benji tiba-tiba kehilangan akses ke akun media sosial Ninjas in Pyjamas.
Sang CEO Hicham Chahine beralasan pihaknya hanya beralasan manajemen sedang melakukan “pembersihan”, namun pegawai Ninjas in Pyjamas yang bekerja mengatur akun media sosial justru mengungkapkan bahwa manajemen ingin supaya akun media sosial diurus oleh pihak internal. Dengan kata lain, Benji diberhentikan secara sepihak.
Pihak kedua yang juga ikut menyuarakan kebobrokan manajemen adalah desainer Freelancer Maradesign. Sama halnya dengan Benji, Mara juga bekerja di platform media sosial Ninjas in Pyjamas dengan membuat lebih dari 60 design. Ia bekerja baik secara sukarela maupun dibayar.
Meskipun dibayar, bayaran yang diterima Mara hanyalah kupon yang bisa digunakan di toko online Ninjas in Pyjamas. Nilai dari kupon tersebut juga tidak setara dengan bayaran yang dijanjikan dan Ia juga tidak pernah menerima bayaran yang dijanjikan manajemen sepeser pun atas kerja kerasnya.
Pihak manajemen juga sempat menjanjikan sebuah posisi di dalam tim untuk Mara jika bekerja dengan baik, namun janji-janji tersebut hanyalah sebuah kebohongan belaka. Setiap kali Mara menanyakan kepada manajemen baik soal pembayaran maupun rencana untuk merekrutnya, pihak manajemen selalu mengabaikannya.
Pihak ketiga yang muncul berikutnya adalah Co-Founder LGB Esports dan Mantan Operational Manager Kevin Mikkelsen. Berbeda dengan Benji dan Mara yang memiliki masalah dengan manajemen Ninjas in Pyjamas, Kevin justru bermasalah dengan manajemen lama Ninjas in Pyjamas dan CEO Ninjas in Pyjamas saat ini Hicham Chahine.
Setelah LGB membubarkan roster utamanyanya pada 2015 silam, LGB Esports terus beroperasional dibawah manajemen lama Ninjas in Pyjamas dibawah pimpinan Per Lilliefelth dengan mengusung roster perempuan. Kevin diplot sebagai pengurus roster tersebut dan mengerjakan apa saja, namun tidak pernah menerima bayaran apapun.
BACA JUGA: Bugha Bawa Team Sentinel Juarai Fortnite World Cup Solo Finals 2019!
Setelah Hicham menjadi CEO baru menggantikan Per, keadaan sama sekali tidak kunjung membaik. Setiap kali Kevin menanyakan gaji dan kontraknya, Hicham selalu mengabaikannya.
Di tengah-tengah ketidakpastian ini, Kevin sempat bekerja di organisasi lain sebelum memutuskan kembali ke Ninjas in Pyjamas, yakni bahwa Hicham sudah berubah. Kevin menjabat sepagai Manajer Operasional divisi Overwatch dan Dota 2.
Ternyata Hicham sama sekali tidak berubah dan Kevin masih memiliki masalah kontrak. Hicham seolah-olah tidak mempedulikan Kevin dan terus mengabaikannya. Masalah ini tidak dialami Kevin saja namun juga pemain-pemain dari divisi Dota 2 juga kesulitan mendapatkan kontrak.
Pada akhirnya dikarenakan hasil yang buruk dan berbagai keputusan kurang tepat dibelakang layar, manajemen memutuskan untuk memberhentikan kontrak pemain.
Hicham bahkan sempat menolak membayar gajinya dan menyebut bahwa kinerja Kevin tidak bagus, meskipun Kevin sudah meyakinkan bahwa anak asuhnya berlatih sangat keras dan Ia juga bekerja keras membantu anak asuhnya.
Kejadian ini membuat Kevin memutuskan untuk undur diri dari ranah esports. Kebohongan yang dijanjikan Hicham membuat dirinya sulit untuk mempercayai orang lain dan Ia takut jika Ia mengulangi lagi kejadian serupa di masa mendatang. Sampai hari ini, pihak Ninjas in Pyjamas maupun sang CEO masih bungkam dan belum memberikan respon apapun.
Editor: Yubian Asfar
Discussion about this post