Sebuah kabar datang dari ranah kompetitif League of Legends di Brasil, salah satu tim peserta liga League of Legends di negara tersebut yakni INTZ harus terlibat dalam masalah setelah mantan anggota wanita dalam tim tersebut dikabarkan menuntut pihak tim karena diperlakukan secara kurang baik dan menemukan kejanggalan dalam kontraknya selama bermain di bawah bendera INTZ.
Pemain yang dimaksud adalah Julia “Mayumi” Nakamura, wanita kelahiran tahun 2002 yang sempat viral karena kecantikan serta kelihaiannya bermain sebagai support di kalangan pemain League of Legends ini pernah bermain bersama INTZ sebagai pemain pengganti.
Namun pada tanggal 25 Mei lalu dirinya mengumumkan bahwa waktunya bersama INTZ sudah selesai, melalui akun Twitter-nya ia hanya mengucapkan selamat tinggal pada tim serta fans-nya saat bermain dalam INTZ tanpa penjelasan mengapa dirinya keluar secara tiba-tiba bahkan pihak INTZ juga tidak mengumumkan kepergiannya dari tim.
Baru-baru ini situs berita Brasil, START, memberikan informasi bahwa Mayumi dikabarkan menggugat timnya tidak lama setelah kepergiannya karena kasus pelecehan dan kontrak yang dinilai janggal bagi sang pemain.
Diterjemahkan oleh Dot Esports, pengacara Mayumi mengklaim bahwa perannya sebagai tim beralih dari pemain yang berkompetisi menjadi pengiklanan tim sekitar pertengahan bulah Februari, hal ini dikemukakan oleh Mayumi karena ia tidak pernah dipanggil untuk melakukan scrim atau bahkan mendapat layanan konseling oleh pelatih tim.
Semakin memperjelas masalah, Mayumi bahkan tidak memiliki meja atau PC di gaming house milik INTZ serta tidak diajak ambil bagian dalam rapat tim. Saat ditanya mengenai hal ini, pihak tim tidak memberikan jawaban pada Mayumi.
Pengacara Mayumi juga menambahkan bahwa kontrak dalam INTZ hanya digunakan untuk menjadikan Mayumi sebagai gadis poster entah karena jenis kelamin atau umurnya yang relatif muda, kurang dari 20 tahun saat ia keluar dari INTZ.
Kemudian terkait gugatan kontrak yang janggal, Mayumi menandatangani kontrak tidak adil yang membuatnya bertanggung jawab atas kompensasi moneter kurang proporsional apabila ada kasus pemutusan kontrak secara sepihak, Mayumi bisa saja dipaksa membayar lebih dari 63 ribu Dollar atau sekitar 890 juta Rupiah.
Mayumi menolak untuk memberikan komentar seputar isu ini terhadap pihak START hingga proses hukum sudah selesai.
Discussion about this post